Sabtu, 19 Januari 2019

Ada Apa di Tanggal 15 Agustus 1945?


Ada Apa di Tanggal 15 Agustus 1945?
Oleh: Sacchio Darriel*
Nobody thinks what I think, nobody dreams when they blink.” (Kitchen Sink-Twenty One Pilots)
            
Tugu Proklamasi Cirebon
Foto: Radar Cirebon | 2015
Sejenak dan perlahan-lahan keluar semua isi pikiran dalam tidurku yang terwujudkan dalam mimpi-mimpi. Kemudian aku bangun dan bertanya, “Merdekakah kita dari penjajahan?” Tetapi sebelum memikirkan itu lebih dalam, kubuka laptopku, dan kukumpulkan informasi tentang beberapa hal yang dikatakan oleh guru sejarahku, bahwa ada beberapa sumber sejarah yang menyatakan proklamasi pertama kali diucapkan tanggal 15 Agustus 1945 di Cirebon. Sungguh, suatu pernyataan yang bagiku sangat menarik karena semenjak aku lahir hingga beranjak remaja ini, aku hanya mengetahui bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia itu tanggal 17 Agustus 1945. Tidak lebih dan tidak kurang. Dan pernyataan bahwa proklamasi tanggal 15 Agustus benar-benar membantah semua yang telah diajarkan kepadaku sejak kecil, bahwa pada tanggal 16 Agustus 1945 dilakukan penculikan oleh kaum pemuda terhadap Soekarno dan Hatta dan mengakibatkan proklamasi terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945.

Menurut Gatot Swandito, dalam artikelnya di laman Kompasiana.com “Tidak mengherankan jika banyak, bahkan masyarakat yang tinggal di Cirebon sendiri, yang tidak mengetahui bila tugu tersebut (Tugu Proklamasi di Cirebon) pernah dibacakan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh dr. Soedarsono pada 15 Agustus 1945, dua hari sebelum Ir. Soekarno mengumandangkan proklamasi kemerdekaan Indonesia di Jakarta.” Gatot turut menambahkan, “Jangankan latar belakang sejarahnya, nama tugunya pun banyak yang tidak mengetahuinya. Bagi yang mengetahuinya pun masih terdapat kesimpang-siuran nama, antara Tugu Kejaksan—disebut Tugu Kejaksan karena berada di Alun-alun Kejaksan—atau Tugu Proklamasi.”

Memang, proklamasi di Cirebon merupakan proklamasi yang benar-benar terjadi, tetapi amat jarang diketahui informasi mengenai hal tersebut. Apalagi ketika masyarakat Cirebon sendiri kurang mengetahui makna sebenarnya dibangunnya Tugu Proklamasi, juga tidak bisa dipungkiri bahwa naskah proklamasi yang dibacakan juga tidak memiliki bukti fisik, hanya sebatas Seingat saya, isinya seperti demikian. Meski begitu, bukti perjuangan orang Cirebon dalam proklamasi tetap ada dan disaksikan oleh Tugu Proklamasi di Cirebon.

Menurut Ardy Messi pada artikelnya di jadiberita.com, “Sjahrir berpegang pada janji Soekarno yang akan membacakan proklamasi kemerdekaan secepatnya, namun sampai tanggal 15 Agustus petang hari, janji tersebut tidak juga terlaksana sementara rakyat di Cirebon sudah gelisah dengan kepastian tersebut. Akhirnya Soedarsono membacakan proklamasi kemerdekaan Indonesia untuk pertama kalinya dari Alun-alun Kejaksaan. Namun, jejak dari naskah Proklamasi yang dibacakan itu tak lagi ditemukan, yang ada hanya Tugu Proklamasi Cirebon sebagai saksi sejarah kemerdekaan yang pertama di Indonesia itu.”

Mungkin, proklamasi yang terucap pada saat itu memang tidak berpengaruh besar. Lagipula yang mendengarkan secara langsung proklamasi itu kan sekitar 150 orang, mengapa tidak mencari mereka yang mendengarkan secara langsung untuk mendapatkan buktinya? Sayangnya, tidak semudah itu, lagipula juga sudah terucap proklamasi 17 Agustus 1945, kita pada saat ini hanya dapat menikmati, dan yang terpenting mensyukuri bahwa para penjajah sudah berpulang ke kampung halamannya masing-masing.

15 Agustus 1945 merupakan salah satu hari yang bersejarah bagi saya, sejenak terasa kekecewaan masyarakat Cirebon yang menunggu janji Soekarno yang memang belum saatnya terlaksana karena keadaan di Jakarta. Masyarakat Cirebon yang gelisah, mungkin terpikir dalam benak mereka “Apakah kita memang dapat merdeka?” Maka dr. Soedarsono yang memutuskan untuk langsung membacakan proklamasi, mungkin untuk meredakan kegelisahan rakyat Cirebon, mungkin untuk menanggapi kekalahan Jepang dalam perang, mungkin juga karena dr. Soedarsono sendiri yang ingin Indonesia merdeka dalam waktu secepat-cepatnya. Tetapi menurut Aldinal Rachman, “Sutan Syahrir dan Soedarsono memang sepakat bahwa proklamasi kemerdekaan harus dilakukan secepatnya”, (Kompasiana.com 17/08/2017) dan kemudian Syahrir menyusun teks proklamasi agar dr. Soedarsono membacakannya di Cirebon.

Mengingat hal ini terjadi di masa lalu dimana komunikasi pun masih agak sulit, maka saya tidak dapat berkata banyak mengenai proklamasi ini, bahkan ada juga proklamasi Gorontalo pada 23 Januari 1942. Mengetahui banyak hal yang terjadi pada masa lalu yang kebenarannya masih belum dapat dipastikan, saya bersyukur saya hidup pada zaman dimana kita dapat mencari tahu banyak hal dengan mudah, tanpa perlu membuka banyak buku, tetapi tetap perlu memilah sumber mana yang dapat dipercaya.

Demikian hal-hal yang dapat saya sampaikan, memang beberapa dari para pembaca mungkin berpikir “Apa sih pentingnya mengetahui hal ini?” Sayangnya saya hanya dapat menyampaikan bagian penting dari proklamasi Indonesia adalah bahwa proklamasi Indonesia berjalan lebih cepat daripada rencana PPKI pada awalnya, dan peristiwa proklamasi di Cirebon ini juga menjadi salah satu penyebab dari dilekaskannya proklamasi kemerdekaan Indonesia, mungkin tidak banyak, tetapi tetap berpengaruh.

Tetapi siapa saya untuk mengatakan hal itu? Saya hanyalah seorang anak SMA berumur 16 tahun, tahu apa saya dalam sejarah yang begitu luas ini, lebih baik saya kembali tidur dan memikirkan apa yang tadi saya pikirkan, “Apakah benar kita merdeka dari penjajahan?”

*Penulis adalah Siswa SMA Fons Vitae 1 Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar