YANG MUDA YANG BER-KARYA
Oleh: Jason Felix
“Pemuda hari ini harus turun tangan, berkarya nyata menjawab semesta.“
-
Najwa Shihab
![]() |
Gambar: Kopitop.com |
KARYA.
Sebuah pencapaian dari hasil kerja keras. Kemerdekaan kita pun juga merupakan
mahakarya yang dilatarbelakangi oleh para pemuda jaman dulu yang memiliki peran
penting. Jika para pemuda tidak berani untuk menculik Bung Karno dan Bung Hatta
ke Rengasdengklok, mungkin kita belum dapat merasakan kemerdekaan seperti
sekarang ini. Dan dampak yang saya peroleh dari kemerdekaan Indonesia adalah
kebebasan.
Lucunya,
kebebasan yang sudah ada membuat orang seperti saya menjadi lupa untuk
berkarya. Semua kebutuhan dapat diraih dengan mudah tanpa kerja keras. Mau
pergi ke suatu tempat, bisa pakai GO-JEK. Mau mencari berita yang sedang trending, buka internet. Lapar di tengah
malam, bisa masak indomie. Enak bukan jaman sekarang, gimana kalau jaman dulu?
Mau pergi harus jalan kaki, cuma orang-orang kaya yang memiliki kendaraan. Cari
berita? Harus bersabar mendengarkan radio yang kadang sinyalnya susah didapat. Dan
lapar di malam hari mungkin cuma dapat diredakan dengan ubi yang tawar rasanya.
Sangat
sulit untuk menciptakan karya-karya di jaman ini, dimana banyak orang yang
tidak menghargai dengan karya yang telah dibuat oleh kerja keras. Contohnya Uus,
komedian terkenal, pernah bercerita di salah satu videonya di youtube. Ia
bercerita bahwa tebak-tebakan lucu yang telah ia buat, dipakai untuk kuis yang
hadiahnya sampai jutaan rupiah. Ga ada persetujuan maupun pujian yang diberikan
ke Uus atas karya yang dibuatnya. Gimana? Sungguh sangat menyedihkan jadi
seniman seperti dia. Tapi, dia bukanlah pribadi yang gampang jatuh, buktinya ia
tetap menjadi komedian dan terus menciptakan karya-karya yang menghibur di
setiap penampilannya.
Kadang
kita suka lupa untuk mengapresiasi suatu karya yang sudah dibuat dan hanya
menikmatinya saja. Jadinya, kerja keras pemuda yang sudah berjuang demi
kemerdekaan di jaman dulu dibayar dengan bercanda saat upacara untuk mengenang
jasa para pahlawan, menggunakan narkoba, menonton film pornografi, nge-bully orang lain, juga tawuran antar
sekolah demi menjadi jagoan yang mereka impi-impikan. Kalo saya jadi pemuda
jaman dulu, tentunya saya sudah menghabisi stok tissue di surga sana untuk mengelap tangisan air mata setiap
harinya.
Saya
mungkin salah satu orang yang memanfaatkan kemudahan tersebut dan tidak dapat
berbuat apa-apa, yang hanya menjalani kehidupan seperti yang lainnya. Jadi,
jangan cuma malas-malasan mainin handphone yang susah lepas dari tangan itu. Tapi,
sebagai pemuda, kita memiliki kewajiban, bukan beban, untuk membuat perubahan
di masa sekarang. Jangan terlalu merendah, buktikan bahwa setiap pemuda itu
berharga dan pantas untuk menerima apresiasi dari setiap karya-karya kita
nanti. Jangan takut gagal, kita masih muda, masih banyak waktu, dan itu juga
yang membuat kita dijadikan harapan oleh pemuda-pemuda terdahulu.
*Penulis adalah siswa SMA Fons Vitae 1 Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar