Kamis, 24 Januari 2019

Yang Muda Yang Ber-Karya


YANG MUDA YANG BER-KARYA

Oleh: Jason Felix

Pemuda hari ini harus turun tangan, berkarya nyata menjawab semesta.
- Najwa Shihab
 
Gambar: Kopitop.com
            KARYA. Sebuah pencapaian dari hasil kerja keras. Kemerdekaan kita pun juga merupakan mahakarya yang dilatarbelakangi oleh para pemuda jaman dulu yang memiliki peran penting. Jika para pemuda tidak berani untuk menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok, mungkin kita belum dapat merasakan kemerdekaan seperti sekarang ini. Dan dampak yang saya peroleh dari kemerdekaan Indonesia adalah kebebasan.

            Lucunya, kebebasan yang sudah ada membuat orang seperti saya menjadi lupa untuk berkarya. Semua kebutuhan dapat diraih dengan mudah tanpa kerja keras. Mau pergi ke suatu tempat, bisa pakai GO-JEK. Mau mencari berita yang sedang trending, buka internet. Lapar di tengah malam, bisa masak indomie. Enak bukan jaman sekarang, gimana kalau jaman dulu? Mau pergi harus jalan kaki, cuma orang-orang kaya yang memiliki kendaraan. Cari berita? Harus bersabar mendengarkan radio yang kadang sinyalnya susah didapat. Dan lapar di malam hari mungkin cuma dapat diredakan dengan ubi yang tawar rasanya.

            Sangat sulit untuk menciptakan karya-karya di jaman ini, dimana banyak orang yang tidak menghargai dengan karya yang telah dibuat oleh kerja keras. Contohnya Uus, komedian terkenal, pernah bercerita di salah satu videonya di youtube. Ia bercerita bahwa tebak-tebakan lucu yang telah ia buat, dipakai untuk kuis yang hadiahnya sampai jutaan rupiah. Ga ada persetujuan maupun pujian yang diberikan ke Uus atas karya yang dibuatnya. Gimana? Sungguh sangat menyedihkan jadi seniman seperti dia. Tapi, dia bukanlah pribadi yang gampang jatuh, buktinya ia tetap menjadi komedian dan terus menciptakan karya-karya yang menghibur di setiap penampilannya.

            Kadang kita suka lupa untuk mengapresiasi suatu karya yang sudah dibuat dan hanya menikmatinya saja. Jadinya, kerja keras pemuda yang sudah berjuang demi kemerdekaan di jaman dulu dibayar dengan bercanda saat upacara untuk mengenang jasa para pahlawan, menggunakan narkoba, menonton film pornografi, nge-bully orang lain, juga tawuran antar sekolah demi menjadi jagoan yang mereka impi-impikan. Kalo saya jadi pemuda jaman dulu, tentunya saya sudah menghabisi stok tissue di surga sana untuk mengelap tangisan air mata setiap harinya.

            Saya mungkin salah satu orang yang memanfaatkan kemudahan tersebut dan tidak dapat berbuat apa-apa, yang hanya menjalani kehidupan seperti yang lainnya. Jadi, jangan cuma malas-malasan mainin handphone yang susah lepas dari tangan itu. Tapi, sebagai pemuda, kita memiliki kewajiban, bukan beban, untuk membuat perubahan di masa sekarang. Jangan terlalu merendah, buktikan bahwa setiap pemuda itu berharga dan pantas untuk menerima apresiasi dari setiap karya-karya kita nanti. Jangan takut gagal, kita masih muda, masih banyak waktu, dan itu juga yang membuat kita dijadikan harapan oleh pemuda-pemuda terdahulu.


*Penulis adalah siswa SMA Fons Vitae 1 Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar