Jurus Jitu jadi Aktifis Populer Daripada Kartu Kuning Jokowi

Jurus Jitu jadi Aktifis Populer Daripada Kartu Kuning Jokowi

Oleh: Luqman Abdul Hakim*

Ilustrasi: www.brilio.net | 2018

      Bukan tekel keras yang membuat peluit dibunyikan dan kartu kuning diberikan. Seisi ruang itupun tersontak karena ternyata yang meniup peluit tersebut juga bukan seorang wasit, melainkan seorang Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas ter-… (isi sendiri) di Indonesia. Ia berdiri dengan tegap dan dengan percaya diri mengacungkan kartu kuning kepada Presiden Joko Widodo setelah memberikan pidato.

“Ini peringatan kepada Pemerintahan Jokowi”, begitu keterangan yang ia berikan ketika dimintai penjelasan oleh awak media.

Dalam sehari, aksi yang dilakukan oleh BEM UI menjadi viral di berbagai media. Aksi itu dilaksanakan saat presiden hadir untuk memberi pidato perayaan Dies Natalis Universitas Indonesia ke-68. Netizen merespon cepat dengan memasang status dan komentar-komentar. Media massa cetak dan digital terjun meliput kejadian. Di tengah arus informasi  serba cepat, hal itu biasa bagi masyarakat hari ini dengan gadget-nya. Dan eksistensi seakan menjadi hal yang utama sebagian aktifis pergerakan. Dulu yang dikejar menjadi headline di media cetak, hari ini jadi viral di media sosial.

   
The magic of the digital era, telah menyulap ketua BEM UI sebagai tokoh publik, dengan label aktifis mahasiswa dari kampus yang dahulu dikenal aksinya di tahun 1966. Melanjutkan trah aktifis mahasiswa yang turun temurun, mewujudkan mimpi-mimpi romantis sebagai agen perubahan dulu dan sekarang.

Awalnya muncul banyak dugaan bahwa aksi tersebut ditunggangi kepentingan politik oposisi pemerintah. Apalagi tak selang berapa lama, Fahri Hamzah, abang-abangan aktifis mahasiswa UI di era reformasi memuji dan memberi dukungan terhadap yang dilakukan adeknya.

“Itu tindakan yang berani (ngasih kartu kuning ke Jokowi). Bahkan itu ga cukup, harusnya Jokowi bisa kena kartu merah”, tukasnya.

Terlepas dari apakah aksi ini sejak awal ditunggangi atau baru dimanfaatkan seusai aksi dihelat, kiranya beberapa orang luput melihat bahwa yang dituju memang popularitas. Aksi tersebut memang berusaha mencari perhatian. Setelah diabaikan saat orasi di jalan depan Stasiun UI, ketua BEM merangsek masuk ke Balairung mengejutkan audiens serta presiden dengan peluit dan kartu kuningnya.

Popularitas ini dipuja-puja. Ketua BEM UI adalah sosok heroik baru yang diidam-idamkan mahasiswa. Impian sebagian mahasiswa selain menjadi sarjana dan mendapat pekerjaan yang layak tentu saja menjadi pahlawan dan sosok seorang agen perubahan. Aksi ketua BEM UI membuktikan satu hal, aktifis zaman now tidak lagi harus mampu memobilisir massa untuk berorasi di jalan sampai bakar ban. Cukup keberanian dan keberuntungan agar menjadi viral, aktifis bisa langsung terlihat bak pahlawan.

Saya merangkum hasil analisa pribadi untuk merumuskan bagaimana aksi-aksi lain ke depannya bisa se-populer dan se-viral yang dilakukan oleh ketua BEM UI. Barangkali berguna untuk aktifis-aktifis mahasiswa lain yang kesal karena kalah tenar padahal lebih keras dalam berjuang. Berikut beberapa cara jitu jadi aktifis populer daripada kartu kuning Jokowi:

1. Mulailah dengan Pikiran Kreatif

Cobalah hal-hal baru yang mungkin jauh dari kesan militan, progresif dan heroik. Standar militansi ataupun heroisme hari ini sudah jauh berbeda dari zaman dulu. Baca buku dan diskusi teori itu tidak lagi dianggap militan. Lebih baik sering-sering kultweet, mengkritik tokoh publik lewat status-status, menggunggah quotes tokoh panutan yang terkenal, dan foto-foto dengan caption kritik sosial sudah cukup untuk membuat netizen menganggap anda aktifis yang militan. Heroisme muncul dari hal yang berani sekaligus unik. Masyarakat ini butuh hiburan, tapi hiburan serius dan berfaedah. Turun ke jalan lalu orasi akan dianggap mengganggu ketertiban, menyebabkan macet dan polusi suara. Bakar ban apalagi, tindakan anarkis yang bikin udara di ibukota semakin tercemar. Bukannya jadi tenar, bakar ban bisa memicu kritik dari sesama aktifis lingkungan. "Lebih baik ban-nya di daur ulang, jangan dibakar!"

2. Tambah Aksi Kamis-an dengan Aksi Senen-an

Ini juga layak dicoba. Apalagi melihat hari ini kegiatan-kegiatan yang mengasosiasikan diri dengan simbol keislaman akan cepat menarik perhatian. Aksi senen-kamis diselingi dengan buka puasa bersama akan menarik perhatian kelompok muda islam yang berhasrat untuk berkontribusi secara sosial tapi tetap memegang teguh keimanan. Jadi selain mengajak orang untuk mengingat pelanggaran HAM di masa lalu, aksi ini bisa lebih berfaedah karena juga mengajak aktifis-aktifis menjalankan sunnah Nabi Muhammad SAW.

3. Fahri Hamzah adalah Koentji!

Sosoknya selalu sukses menjadi pusat perhatian. Apalagi dulu ia dan karibnya di DPR, Fadhli Zon, katanya bagian dari aktifis mahasiswa masa reformasi. Dua hal itu bikin Fahri Hamzah sebagai orang yang cocok untuk didekati oleh temen-temen aktifis mahasiswa. Sebelum aksi ketua BEM UI, ketua BEM Universitas Negeri Jakarta (UNJ) pernah mencicipi magis dari Fahri Hamzah. Ronny (nama ketua BEM UNJ) menjadi viral karena perjuangannya membenahi pengelolaan kampus UNJ. Aksi heroiknya dengan berbagai aksi dan kritik di media sosial berujung pada keputusan Drop Out (DO) kepada beberapa mahasiswa, salah satunya Ronny. Sontak tagar #SaveRonny jadi viral dan langsung ditanggapi oleh Fahri Hamzah. Dan karena hanya Ronny yang ditanggapi Bang Fahri, seolah cuma dia yang di Drop Out dan jadi tokoh aktifis mahasiswa. Ini bukti lain bahwa Fahri Hamzah punya daya magis untuk meningkatkan popularitas dan kepahlawanan aktifis mahasiswa. Setiap aktifis mahasiswa yang ditanggapi dan didukungnya pasti akan jadi pusat perhatian. Merdeka, Bro!

*Penulis adalah satu-satunya yang tersisa sebagai tukang saji di kedai gerakan aksara