Selasa, 09 Mei 2017

Bagaimana Cara Yang Tepat Merayakan Perpisahan?

BAGAIMANA CARA YANG TEPAT MERAYAKAN PERPISAHAN?
Oleh: Luqman Abdul Hakim
Les Passementeries Horribles | koleksi: Edward Gorey | 1976
SUARA gong berbunyi nyaring. Bapak tua dengan topi hitam segi-enam yang memiliki tali panjang yang menyangkut di lubang hidung nampak gagah ketika memukul gong itu untuk membuka sebuah acara perpisahan—isinya cuma pidato bertele-tele untuk menyampaikan satu hal; perpisahan. Aku duduk di antara ribuan orang lainnya, dipaksa khidmat dalam kejemuan yang sangat. Untuk kau ketahui saja, aku tak pernah menikmati sesuatu hal yang bertele-tele.
Barangkali tak begitu denganmu. Wajah yang amat berseri, dengan riasan tipis dan gincu yang membuat senyuman terlihat lebih manis. Mungkin memang sudah begitu seharusnya. Acara ini merupakan hal yang menggembirakan bagimu, bagiku, bagi kalian. Ah, tentu saja untukku tetap saja ini menjemukan.
Kau tahu, aku masih mengingat kata-kata ini—yang tentu kau kutip dari linimasa akun media sosial @Tumpukkan_Puisi:
Perpisahan tetaplah perpisahan. Ia meninggalkan segala suka, duka, laramenjadi kenangan yang tak bisa dibagikan.
Jika memang perpisahan dapat menyisakan kepahitan, lalu mengapa perpisahan harus dirayakan?
Seorang pertapa pernah berwasiat pada anaknya, dan wasiat itu ditulis  oleh anaknya sebagai sebuah riwayat dengan judul, Berpisah untuk bersatu, bersatu untuk berpisah. Wasiat pertapa itu pada anaknya ketika bicara tentang perpisahan setelah pertemuan kiranya seperti ini:
Orang yang berpisah setelah bertemu akan selalu dikutuk untuk terjebak dalam sebuah kerinduan yang konyol dan imajinasi tak masuk akal bernama kenangan.”
Setelah aku berulang kali membaca kalimat tersebut, aku tertawa, lalu bertanya pada diri sendiri: Apakah mempelajari sejarah membuatku selalu tertarik bicara tentang kenangan? Tentu bukan hanya aku saja yang harus menjawab pertanyaan itu.
Orang yang suka nyemil upil harus mampu menjawabnya terlebih dulu. Karena orang tersebut mendaku diri memiliki aura jatmika karena dekat dengan Tuhan. Sesungguhnya aku tak mengerti dengan ocehan Si tukang cemil upil sendiri itu. Andai saja orang semacam ini tak banyak memberi aku sajian yang sedap—karena kalian tahu dia hobi memasak, dan rasanya pun sedap, tapi dia lebih suka nyemil upil sendiri ketimbang memakan hasil masakannya—pasti sudah kusumpal lubang hidungnya dengan putung rokok yang masih menyala.
Orang yang suka nyemil upil sendiri suka bicara sejarah dengan ngelantur, sehingga harus sial meratapi hidup dengan kesepian. Tapi, dia berkilah: “Bukankah yang setia itu hanya kesepian?” Dan itulah saat yang tepat untuk akhirnya kusumpalkan puntung rokok yang masih menyala di lubang hidungnya.
*

Tidak pernah ada orang yang bisa menghindar dari perpisahan. Barangkali, selain maut, perpisahan termasuk sebagai kepastian dalam kehidupan.
Perpisahan memiliki dua akibat; kesedihan ataupun kegembiraan. Bagi yang menganggap bahwa perpisahan adalah sesuatu yang menyedihkan; maka perpisahan adalah kiamat mikro-sugra—berpisah adalah sesuatu yang menakutkan, karena tak ada yang tahu apa yang akan dihadapi setelah kita melewati pintu gerbang perpisahan.
“Setiap proses menuju sesuatu yang belum diketahui serta meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang lama adalah sesuatu yang begitu menakutkan bagi manusia,” begitu kata salah satu psikoanalisis dari Jerman.
Namun, tidak semua orang menganggap perpisahan adalah hal yang buruk. Dalam beberapa segi kehidupan, perpisahan adalah suatu tahap menuju sesuatu hal yang lebih baik—barangkali semacam hijrah dalam keyakinan Islam. Seorang anak akan dianggap lebih baik dan sudah dewasa jika ia telah hidup berpisah dari orangtuanya. Dan kemampuan seseorang untuk dapat menerima perpisahan adalah salah satu kegembiraan bagi dirinya, maupun orang-orang disekitarnya.
Begitulah perpisahan pun dianggap punya dua sisi yang memiliki makna berbeda—yg baik sebagai momen yang menyedihkan maupun menggembirakan. Bagi sebagian orang perpisahan adalah sesuatu yang sakral sehingga patut dirayakan. Lantas menurutmu, bagaimana cara yang tepat untuk merayakan perpisahan?
*

Aku masih ingat ketika kau tiba-tiba menepuk pundakku, lalu berbisik, “Aku mencintaimu”.
Tentu saja aku tersenyum, walau katamu, itu adalah senyum tersinis yang pernah kau lihat, dan harga dirimu langsung terasa terinjak setelahnya. Kukecup bibirmu setelah itu, dan saat kau terpagut dan terlarut dalam hasratmu, kulepas ciumanku dan aku pergi. Melangkah semakin jauh membelakangimu. Tapi kau berteriak, dan mengatakan bahwa ini adalah perpisahan. Kuminta kau bertanya—entah pada anak pertapa yang menulis buku tentang nasihat-nasihat bapaknya atau pada orang yang suka nyemil upilnya sendiri itu—adakah kebersamaan yang diciptakan tidak untuk perpisahan? Itu pertanyaan dalam benakku ketika aku benar-benar memutuskan untuk keluar dari ruang seminar itu.
“Ini perpisahan sebenar-benarnya, sekonkret-konkretnya,” kataku tanpa menoleh lagi ke ruang seminar itu dan, ke dirimu, tentu saja. []

Mei, 2017

*Luqman Abdul Hakim—Kader Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI), Kota Jakarta

1 komentar:

  1. Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
    Sistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
    Memiliki 9 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
    Link Alternatif :
    arena-domino.club
    arena-domino.vip
    100% Memuaskan ^-^

    BalasHapus